Pikirku Begitulah
Sudah lama media sosial dengan logo
burung mentereng di gawaiku. Akhirnya ku buka kembali. Sebab ulah makhluk hidup
yang bernafas dengan paru-paru mengusikku.
Klik
– search – ku cari teman ‘gila’ sejawatan. Aku bisa tertawa setelah membacanya.
Dan ya. Bak mendapat ilham ataupun sebuah penguatan jati diri. Kadang pula
antara semacam kesepadanan jiwa.
Dalam
kicauannya – sebenarnya ada resah agak takut, mirip bingung yang udaranya sepi.
Tentang betah tidaknya aku. Rasanya itu urusan belakangan.
Wanita
yang biasa bertanda Mega Cinta juga mengatakan – hanya sepertinya memang
teksturku sudah kebal dan kasar, tergerus waktu yang memaksaku berdamai dg
perubahan, untuk jadi orang yang antusias thd ketiadaan reaksi.
Ku
pikir situiasi ini sedang menyerbuku. Terkadang memang ada beberapa makhluk
hidup (manusia) yang tidak bisa masuk dalam jiwa. Pikirku tak perlu dihiraukan
yang berbentuk itu.
Pengutarakan
kata – haruskah meninggalkan atau membimbingnya menjadi hal utama saat ini.
Karena, setelah itu akan datang kepura-puraan menuju sabar, adalah anggapan
diri.
Semisal
“tetap disampingnya, jauhi sifatnya” itu bisa (sulit). Tak perlulah muna.
Barangkali muak sudah berteman denganku saat ini. Karena, ku hanya ingin kau
menyukai waktu. Simple!
How...how...how...?
ku pikir akan ku ikuti kalimat “biarkan waktu yang menjawab” – pikirku
begitulah.
31/3/2018
Komentar