Mengutip
peribahasa kuno “Verba volant scripta
manen” yang mengandung arti apa yang terkatakan akan segera lenyap, apa
yang tertulis akan menjadi abadi.
Jika
dikaji lebih lanjut, maka hal tersebut berkaitan - alangkah baiknya apa yang
terbilang untuk segera dituliskan agar tak lenyap. Maka hal itu akan berkaitan
dengan si penampung goresan yaitu kertas. Kertas adalah benda yang berbentuk
lembaran, dibuat dari bubur kayu yang biasa ditulisi atau untuk pembungkus. Tanpa kertas dunia ini nothing.
Banyak
fungsi dari kertas yang bisa didapatkan. Pertama,
segi pengetahuan yang didapat dari kumpulan lembaran kertas bernama buku. Ia
bisa menjadi guru dan juga guru yang tak pernah marah. Perkembangan teknologi menjadikan buku mudah dicari dan
didapat. Bagaimana tidak, kini buku hadir dalam genggaman smartphone canggih. Pemilik smartphone
hanya tinggal pilih dan unduh aplikasi e-book
yang berfarian. Semua itu tinggal bagaimana kita memanfaatkan teknologi.
Hal tersebut menjadikan tidak ada alasan bagi kita untuk
tidak membaca. Bila tidak ingin ribet, bisa membaca melalui e-book. Namun, hal itu tergantung kenyamanan
personal ingin membaca dimana, buku atau e-book?
Buku maupun e-book bisa menjadi teman
sejati saat melakukan perjalanan jauh.
Kedua,
segi nilai yang bisa mencuri perhatian masyarakat. Berkaitan dengan dokumen resmi,
semisal; sertifikat rumah maupun kantor dan kegiatan, ijazah, Surat Izin
Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), buku nikah dan surat resmi
lainnya. Jika tidak berbaik hati pada
lingkungan sekitar,
siap-siap saja wahai pemilik dokumen berharga ini, khusunya para kelas ekonomi
menengah ke atas dan atas.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan serta untuk
berjaga-jaga, pemilik dokumen resmi sebaiknya melaminatingnya agar tidak rusak
sewaktu-waktu. Selain itu juga bisa menyekennya untuk dijadikan dalam format
digital. Format digital pun bisa di save
di email untuk menghindari hilangnya dokumen dari keteledoran.
Ketiga,
segi pertanggungjawaban. Berhubungan dengan kwitansi pembayaran dan
tagihan-tagihan. Seperti di Amerika Serikat, dan wilayah Eropa pada umumnya 50 % penduduknya
masih menginginkan tagihan Bank dengan kertas. Mengingat kwitansi pembayaran
adalah angka real yang tidak dapat
diganggu gugat saat laporan pertanggungjawaban berlangsung.
Keempat,
segi kepuasan. Berkenaan dengan keinginan seseorang untuk keperluan tertentu
yaitu keinginan konsumen itu sendiri dan hasil dari digital yang dicetak.
Mereka berdua erat dan berkaitan.
Keinginan
konsumen itu sendiri terjadi saat calon pasangan suami istri yang ingin
mencetak undangan. Disana akan terjadi pertumpahan pikiran antara menginginkan design yang sudah ada ataupun membuat design baru. Nah, dari situ akan ada
hasil undangan yang digital dan yang
dicetak. Setelah itu, prosesi akad yang hasilnya
akan dicetak yaitu buku nikah.
Menilik
pada pemaparan diatas, meski saat ini teknologi dan komunikasi berkembang
dengan cepat, namun kertas juga berkembang beriringan dengan teknologi.
Bagaimana tidak, saat seseorang diundang di sebuah acara atau pelatihan pasti
bukti fisik dari kertas akan muncul.
Tipenya
seperti ini, ia berada di daerah yang jauh dari lokasi acara. Ia mendapat pesan
yang tertera anda lulus di acara A, misalnya. Untuk membuktikan hal tersebut
pada orang terdekat terkhusus masalah pengakuan atas hal itu dan yang lebih real adalah akomodasi, tentulah ia akan
mencetak bukti lulus bahwa ia dapat menghadiri acara tersebut. Itulah yang
disebut kolaborasi antara digital dan kertas, mereka berkembang bersama.
Digital memudahkan pengiriman, kertas memudahkan fakta.
Hal
lain juga terjadi pada administrasi tiket pesawat, tiket kereta api dan lainnya. Meski tiket
dapat dibeli secara online, namun
tempat duduk belum tentu dapat
dibeli secara online. Kita harus boarding pass terlebih dahulu, baru bisa
mendapatkan lokasi duduk.
Kertas
tak hilang, hanya beralih fungsi dan Indonesia saat ini masih hidup dengan kertas.
Menilik pada segala hal bentuk perjanjian dan kerjasama pastilah berbentuk
dokumen resmi. Kemudian ditambah dengan materai. Dan lagi-lagi kertas masih
sebagai peranan penting.
Walaupun
teknologi bisa membuat segala hal dan tetek
bengeknya hingga bisa membuat tanda tangan pada sebuah telepon pintar, komputer dan
lainnya, tetap saja kertas masih dibutuhkan. Pasti saat ada MoU pihak-pihak
terkait diundang dan hadir dalam sebuah acara dengan tujuan yang sudah pasti
tanda tangan di atas materai.
Nama
kertas juga popular dengan adanya Band Kertas dengan salah satu judul lagu
Kekasih yang Tak Dianggap. Serta Sekolah Kertas yang didalamnya terdapat forum
kelas kertas, relawan kertas dan donator kertas. Kemudian ‘kota’ kertas, tetapi
bukan kota sungguhan, melainkan miniatur Praha, ibu kota Republik Cheska.
Miniatur tersebut disimpan di Museum Kota Praha.
Indonesia
juga masuk ke enam besar sebagai
produsen kertas di dunia, dan central kertas
tulis cetak terdapat di Riau dan Sumatera Selatan. Industri pulp
and paper di Indonesia memiliki 84 izin perusahaan, namun hanya 72 yang
aktif. Yaitu 2 industri pulp, 6 industri pulp and kertas serta
64 industri paper. Sedangkan 12 lainnya telah tutup atau tidak beroperasi.
Semakin modern suatu bangsa,
semakin tinggi fungsi kertas. Baik sebagai
bukti nyata hitam di atas putih, pembersih maupun pembungkus. Produksi
kertas di Indonesia tidak hanya untuk buku saja, banyak macam lainnya seperti kertas
sembahyang, karton, kertas budaya, kertas industry, kertas pelapis, tisu,
kertas kado, pembungkus nasi dan kertas rokok.
November 2017, Aryan Warga Dalam (Ketua Asosiasi Pulp
& Kertas) mengisi acara Qureta “Kertas dan Peradaban” di Pekanbaru, Riau,
mengatakan - Produksi kertas sejak 2012 hingga 2017
mengalami peningkatan produksi sebesar 4,8 juta ton. Produksi kertas di
Indonesia di tahun 2016, pulp 8,3 juta ton dan paper 18,5
juta ton. Produksi itu kemudian meningkat menjadi 10 juta ton pada 2017. Indonesia juga mampu menyumbangkan 3 % produksi kertas
pada dunia.
Aryan
juga jelaskan, meskipun penggunaan data elektronik atau internet telah tumbuh
dengan pesat namun permintaan akan kertas tulis cetak di dalam negeri masih
cukup menjanjikan. Mengingat keunggulan kertas, dibandingkan dengan data dan
media elektronik seperti kenyamanan, kedalaman informasi, sertas tidak
tergantung pada baterai.
Meski demikian pada 2015 lalu, Jesper Esberg dari
Universitas Linkoping, Swedia, berhasil menyulap kertas menjadi pengisi daya
ponsel. Hal itu dilansir oleh CNN Indonesia “Kertas Masa Depan Bisa Isi Ulang
Baterai Ponsel”. (https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20151210073947-199-97163/kertas-masa-depan-bisa-isi-ulang-baterai-ponsel)
Kertas tersebut dinamakan Power Paper atau Kertas Daya.
Kertas tersebut terbuat dari bahan selulosa nano yang menyerupai serat pembuat
kertas pada umumnya. Kemudian selulosa nano tersebut dihancurkan dengan air
bertekanan tinggi untuk menghasilkan serta super tipis dengan ketebalan 20
nanometer.
Atas hasil penelitiannya ini, tim
ilmuwan mendapatkan hibah sebesar Rp 53,9 miliar dari Swedish Foundation for
Strategic Research untuk mengembangkan kertas daya ini. Kertas ini pun
diharapkan dapat dikembangkan sebagai tampilan fleksibel untuk alat elektronik,
seperti ponsel, jam, laptop, televisi, dan bahkan menjadi alat pengisi daya
ponsel di masa depan.


Komentar