Langsung ke konten utama

Janjalan - Wisata Air Panas


Tidak jauh dari pusat kota Pasir Pangaraian, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Waktu yang dibutuhkan cukup 20 menit saja. Tepatnya ke obyek wisata Sumber Air Panas Pawan Sumawan dan Obyek Wisata Hapanasan.


Tepat dari kawasan Masjid Agung Nasional Islamic Center, akupun segera menghidupkan motor dan bergegas berangkat, bersama dengan Heni temanku. Sebenarnya kami berdua belum pernah sama sekali menginjak ke objek wisata tersebut. Kami berduapun mencoba mencari lokasi melalui aplikasi Google Maps, dan tidak lupa bantuan petunjuk arah serta bertanya kepada masyarakat.
 
Foto : Masjid Agung Nasional Islamic Centre Pasir Pangaraian (Tampak luar dan dalam)
Melintasi bundaran Tugu Ratik Togak yang berdiri gagah di kabupaten yang dijuluki Negeri Seribu Suluk ini, tepat di depan Perkantoran Komplek Pemerintah Daerah Rokan Hulu (Pemda Rohul). Tugu ini menjadi petunjuk dari tempat-tempat penting di Kabupaten Rokan Hulu. Karena di sekitar Tugu Ratik Toga terdapat tempat-tempat penting yang saling berhubungan. Diantaranya Masjid Agung Nasional Islamic Center, Komplek Bina Praja, Hotel Sapadia, Tribun Astaq MTQ, dan Pasar Modern hingga kedua tempat yang menjadi tujuan kami.

Dari arah masjid menuju obyek wisata Sumber Air Panas Pawan Sumawan dan Obyek Wisata Hapanasan kami harus berbalik arah. Jika tidak kami akan tertangkap polisi. Amit amit dah. Sampai pada akhirnya lampu merah, kuning, hijau Simpang Tangon, kami harus belok kanan untuk menuju kedua sumber panas tersebut.

Memasuki pedesaan, kami mulai resah. Terlebih ketika memasuki wilayah sepi penduduk yang di penuhi dengan pohonan menjulang tinggi. Yang ditakutkan bukan diculik *sombong tapi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menipis. Adalah hal terbodoh sang amatiran yang melancong tak bawa ‘bekal’.

Sebab musabab dalam benak pasti ada warga yang berjualan. Ya, memang benar ada yang berjualan. Tapi, hmmm… tidaklah demikian dan amsyongnya BBM terjual habis. Ok baiklah, Tarik nafas.

Jalan yang sepi dan berbelok serta minim petunjuk membuat kami harus tarik gas agar cepat sampai tujuan. “Sof, lebih kencang lagi!,” pungkas Heni padaku. Sip ndoro putri!

Dengan sikap ceroboh, kami tetap melanjutkan, “Nanggung pula kalau nggak lanjutkan Sof, siapa tahu nanti di depan sana ada yang jual minyak,” katanya lagi. “Yasudah kita lanjutkan.”

Ketika hendak sampai tujuan, di tengah perjalanan kami melihat poster di pinggiran jalan arah menuju wisata tersebut. Namun yang pertama kami lihat adalah Wisata Batu Gajah. Wah, kami penasaran pula ingin kesana. Tapi, kami sepakat untuk melanjutkan ke tujuan pertama. Karena, kami rasa ketika pulang nanti, kami bisa singgah sebentar. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan.

Setelah mengikuti jalan dan petunjuk, kami pun menemui hal yang sama. Dimana ada poster menuju objek wisata Air Panas Pawan Sumawan (Arah kanan) dan objek wisata Air Panas Hapanasan dan Danau Sibogas (Arah kiri). Kami bingung, dan akhirnya kami berhenti untuk memastikan tempat. Setelah berembug (Kayak penting banget aja ya haha) kami memutuskan kearah kanan yaitu Air Panas Pawan Sumawan. Sampailah kami disana. Tiket masuk perorang Rp 10 ribu. Jadi, karena kami berdua maka tiket masuk menjadi Rb 20 ribu.
Foto : Petunjuk arah menuju obyek wisata Air Panas Pawan Sumawan (Kanan) dan Obyek wisata Hapanasan dan Danau Sibogas.

Saat tiba di obyek wisata kami pun masih terfikir dengan keadaan BBM. Sehingga di pintu masuk, kami menanyakan kepada petugas, “Dimana yang menjual BBM?,” “Sebelum jembatan tadi ada kedai atau warung, disanalah tempatnya.” katanya. “Tadi kami melihat tidak ada,” “Berarti habis.” katanya lagi.

Masuklah kami ke area wisata. Dan memakirkan kendaraan terlebih dahulu. Ketika kami telah masuk ke area wisata, kami berjalan menuju sumber air panasnya. Namun, ketika ingin masuk, harus berbayar lagi. Aku bilang kepada Heni, aku terserah aja, mau masuk ya ayo, engga ya nggak papa. Heni bilang, nggak usah aja lah ya. Pasti penasaran kan kenapa kami nggak mau masuk hehehe Karena tempatnya berada di dekat pinggir aliran sungai. Jadi kami malas basah. Sekedar informasi, bawa basahan jika ingin bepergian.

Di pintu masuk sumber Air Panas Pawan Sumawan ada semacam kapal mirip bajak laut. Dan terdapat empat sumber air panasnya. Dengan tempat yang berbeda-beda. Dan juga di beri semacam pagar untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan. Sebelah kanannya langsung terhubung dengan sungai yang dapat dibilang bersih. Dan jika bersama keluarga bisa berenang di sungai tersebut. Namun, sayangnya kondisi obyek wisata kurang terawat, dimana banyak area bermain yang sudah lapuk dimakan usia.
Foto: udah mirip Bajak Laut?! Hahaha

Setelah mengunjungi wisata sumber Air Panas Pawan Sumawan, kami bergegas untuk ke tempat objek wisata lainnya. Seperti yang dibahas sebelumnya, ketika di tengah perjalanan kami menemukan arah wisata lain. Nah, sekarang kami meluncur ke obyek wisata Air Panas Hapanasan.

Di obyek wisata Hapanasan ini, kami dikenakan tiket masuk Rp 15 ribu. Dimana ketika sudah memasuki area kami bebas bermain sepuasnya. Di obyek wisata Hapanasan ini terdapat, sumber air panas dan kolam terapinya, panjat tebing, out bond, penangkaran kupu-kupu, permainan anak-anak dan masih banyak lagi. Fasilitas seperti MCK (mandi cuci kaki) dan mushola. Serta banyaknya pedagang yang menjual bermacam makanan dan minuman.

Di area sembilan hektar ini kami belum puas menjajaki dan menelusuri isi wisata ini. Ditambah dengan lokasi yang berbukit dan masih hijau, ingin rasanya berlama-lama ditempat ini. apalagi bagi kawan-kawan yang suka melakukan terapi, ditempat ini kita bisa terapi gratis hehehe (Maunya gratisan mulu). Seluruh kolam terapi, bersumber dari air panas tersebut. Jika kita tidak kuat dengan sumber air panasnya, kita bisa di kolam-kolam terapinya.


Terdapat satu sumber air panas besar, satu sumber air sedang dan di alirkan ke tempat seperti bak, terdapat tiga bak. Setelah itu ada lima kolam terapi.






Foto : Beberapa foto yang sekiranya dapat diabadikan.

Ketika kami sudah melakukan aksi untuk merasakan terapi di kolam, (Terapi tangan, biar nggak basah). Tiba-tiba kunci motor lupa, dan ketinggalan di motor. Kami panik, dan segera berlari menuju area parkir. Jikalau hilang, matilah kami mau pulang pakai apa. Mana menuju parkir, jembatannya kecil lagi dan ketika berseberangan harus miringkan badan. Memang ada yang tidak memakai jembatan, tapi yang lebih dekat waktu itu jembatan. Untunglah ketika sampai di parkiran, motor masih ada. Otomatis kunci masih terletak disana. Aman, mari kita lanjutkan ke area bermain.

Kami pun tak mau melewatkan kesempatan ini, karena belum tentu kapan bisa kesini lagi. Seperti melakukan berfoto ria dan menelusi beberapa tempat yang sekiranya kami berani. Aku pun tak mau meninggalkan moment ini dan menyempatkan untuk mengambil video sejak dari masjid dan sampai ke tempat wisata terakhir ini.

Belum puas menikmati indahnya kawasan Hapanasan, waktu menunjukan pukul 15.30. Aku pun segera memberi tau Heni agar segera pulang. Dan ia pun mengiyakannya. Karena dibutuhkan perjalanan satu jam tiga puluh menit untuk sampai di rumahku, dan belum lagi dia pulang kerumahnya.

Sepanjang jalan pulang, kami bercerita andai kata rumah kita di dekat sini, pasti kita masih menikmati wisata-wisata lainnya yang ada di Pasir Pangaraian. Rasanya belum mau pulang. Itulah cerita yang kami bahas di jalan.

Mengapa demikian, karena obyek wisata di daerah ini sudah terhubung dengan obyek wisata lain, tidak hanya wisata Batu Gajah saja, namun ada juga seperti Air Terjun Aek Matua, Gua Sikafir, dan juga beberapa wisata alam lainnya yang masih asri dan belum banyak diketahui.

Setelah kami keluar dari tempat persembunyian alias tempat menenangkan pikiran sejenak (Ingat ya hanya sejenak haha). Kami langsung berburu BBM ke salah satu Pertamina yang ada di Pasir. Untung saja BBM kami masih mencukupi untuk sampai di tempat pembelian BBM. Miris uy…

Sepertinya sore itu tidak bersahabat dengan kami. Di tengah perjalanan kami di guyur hujan. Awalnya ingin kami terabas hujan itu. Namun, lama-kelamaan semakin deras. Sehingga kami harus mencari tempat untuk berteduh. Nasib nasib.

Ditempat kami berteduh, ada beberapa orang anak laki-laki dan perempuan bermain hujan. Disitu ia bersenda gurau. Empat orang anak perempuan mengahampiri kami dan yang lainnya asyik bermain. Menanyakan dari mana dan bla bla bla...

Hujan reda, kami pun harus melanjutkan perjalanan pulang. Aku dan Heni harus memutuskan percakapan dengan empat anak tersebut. Sampailah di rumah tepatnya Desa Pasir Luhur, Kecamatan Kunto Darusssalam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau pukul 17.30, yang seharusnya pukul 17.00 sudah sampai rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saatnya Berbuat Sesuatu

“Suara kalian. Suara lo semua. Bukan gue . Tanpa kalian gue nothing . Yang berhasil adalah kalian. Yang didengar adalah suara kalian. Bukan gue . Masihkah lo pesimis?  Atau lo berani bilang "Ini saatnya gue berbuat sesuatu." Buku “Diary Gue, Diary Loe” karya Melanie Subono (Penyanyi, Aktivis HAM dan Ambasador Pekerja Migran Indonesia di Delapan Negara) yang terbit pada Mei 2014 dengan jumlah halaman 114 menjadi sorotan kedua mataku. Awalnya aku pikir ini sebuah buku yang bercerita mengenai kisah drama percintaan kawula pada umumnya. Ternyata aku salah besar, setelah membaca buku ini. Bahasa yang digunakan dalam buku tersebut menggunakan campuran bahasa, ada bahasa Indonesia, bahasa asing (Inggris) dan logat Jakarta seperti Gue dan Loe . Sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami. *** Buku ini bercerita tentang kecintaan penulis terhadap Indonesia khususnya kasus-kasus seperti Kasus Munir, kasus TKW bernama Imas Tati,  kasus seorang anak manusia ber...

Mandiri dalam Berseni

“Kami ingin membuktikan bahwa seniman itu mandiri,   membangun dengan keringat dan uang sendiri seperti dengan pertunjukan serta kreativitas” – Marhalim Zaini (Pendiri Rumah Kreatif Suku Seni Riau / RK-SSR) Beratap daun nipah dan beralaskan kayu menjadi ciri khas Sanggar Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK-SSR) ala rumah kampung dalam berkreatifitas sehari-hari. Pepohonan nan rindang menjadikan udara alami tetap terjaga serta semakin menambah kesejukan serta kenyamanan tempat itu. “Di Riau jarang ada sanggar atau komunitas yang bertahan lama dan memiliki tempat khusus untuk berkreativitas, banyak yang menempati fasilitas pemerintah seperti di Taman Budaya dan Lapangan Paripurna MTQ,” ucap Marhalim. Terdapat dua hal yang melatarbelakangi RK-SSR, 1) kemandirian – lepas dari tangan pemerintah atau tidak dibawah otoritas dari sebuah lembaga apapun. 2), menghimpun pekerja seni di Riau terutama yang memiliki visi serta motivasi yang sama, untuk berkarya yang sama dalam...

Kolaborasi antara Digital dan Kertas

Mengutip peribahasa kuno “ Verba volant scripta manen ” yang mengandung arti apa yang terkatakan akan segera lenyap, apa yang tertulis akan menjadi abadi. Jika dikaji lebih lanjut, maka hal tersebut berkaitan - alangkah baiknya apa yang terbilang untuk segera dituliskan agar tak lenyap. Maka hal itu akan berkaitan dengan si penampung goresan yaitu kertas. Kertas adalah benda yang berbentuk lembaran, dibuat dari bubur kayu yang biasa ditulisi atau untuk pembungkus. Tanpa kertas dunia ini nothing . Banyak fungsi dari kertas yang bisa didapatkan. Pertama , segi pengetahuan yang didapat dari kumpulan lembaran kertas bernama buku. Ia bisa menjadi guru dan juga guru yang tak pernah marah. Perkembangan teknologi menjadikan buku mudah dicari dan didapat. Bagaimana tidak, kini buku hadir dalam genggaman smartphone canggih. Pemilik smartphone hanya tinggal pilih dan unduh aplikasi e-book yang berfarian. Semua itu tinggal bagaimana kita memanfaatkan teknologi. Hal tersebut...