Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Pasung

Sejak pukul sepuluh lewat dua puluh tiga gawaiku berbunyi. Nomor tanpa nama itu membuatku penasaran. Ku coba cek dengan gawaiku yang satu. Ya, aku tahu siapa ia. Ku pastikan maksud dan tujuan. Dan ya, aku segera tau. Banyak, banyak, banyak. Begitu juga maksud dan tujuanku, lebih sedikit darinya. Ah, sial pikirku. Kakiku masih ‘dipasung’ dalam ruang persegi. Aku pun segera mencari cara agar bisa terbuka. Tak sulit, sebenarnya. Jika ku panggil sang juru kunci. Di sudut sana prajurit lain sedang dilanda sakit, tak mungkin aku meninggalkannya. Pikirku – ku urungkan niatku. Baiklah, ku hempas niatku, segera angin menangkapnya. Bersama prajurit, ku tinggal bersama menikmati sebuah persegi. Karena, lari ke rimba bukan hal tepat saat ini. Sejak angin menangkapnya kupikir sudah terkubur. Rupanya mati suri. Saraf-saraf menunjukan reaksi. Bencana ini – pikirku. Padahal aku sedang ditemani logaritma. Ucapku maaf padanya. Akhirnya setelah lewat lima menit di pukul dua belas, k...

Memaki Diri yang Monoton

Wah! (Baca dengan nada tak tersampaikan) Apa yang salah dengan pola manajemen waktu mereka?! Haruskah saat ini kata yang keluar; ditulis – diketik – ditandatangani beserta cap materai?! Rasanya ingin ku keluarkan limbah hati, jika tidak menimbang kata peduli. (Berlaga bijak dengan diri sendiri sambil memaki diri yang monoton) Evaluasi taik pikirku. Itu juga yang diulangnya. Di ‘keluarkan   nggak dikeluarkan’ sama saja. “Mungkin dan misalnya” selalu yang keluar. Kurasa kata target ibarat karet. Jika punish dan reward sudah tidak berguna, tunggu saja sambutan dari dunia "welcome to the jungle" demikian penutupan dariku. 1/4/2018

Pikirku Begitulah

Pikirku Begitulah Sudah lama media sosial dengan logo burung mentereng di gawaiku. Akhirnya ku buka kembali. Sebab ulah makhluk hidup yang bernafas dengan paru-paru mengusikku. Klik – search – ku cari teman ‘gila’ sejawatan. Aku bisa tertawa setelah membacanya. Dan ya. Bak mendapat ilham ataupun sebuah penguatan jati diri. Kadang pula antara semacam kesepadanan jiwa. Dalam kicauannya – sebenarnya ada resah agak takut, mirip bingung yang udaranya sepi. Tentang betah tidaknya aku. Rasanya itu urusan belakangan. Wanita yang biasa bertanda Mega Cinta juga mengatakan – hanya sepertinya memang teksturku sudah kebal dan kasar, tergerus waktu yang memaksaku berdamai dg perubahan, untuk jadi orang yang antusias thd ketiadaan reaksi. Ku pikir situiasi ini sedang menyerbuku. Terkadang memang ada beberapa makhluk hidup (manusia) yang tidak bisa masuk dalam jiwa. Pikirku tak perlu dihiraukan yang berbentuk itu. Pengutarakan kata – haruskah meninggalkan atau membimbingnya m...